Sunday, 14 December 2014

Inilah tempat Rasulullah Saw lahir dan dibesarkan. Di sinilah Rasulullah Saw menikah dengan istri pertamanya. Kota inilah yang menjadi saksi dakwah pertama Sang Nabi, meninggikan kalimat Allah Ta’ala, menyeru manusia untuk menyembah hanya kepada Allah Ta’ala semata. Di kota ini, Nabi Muhammad Saw berdakwah setiap pagi, siang, sore hingga petang; sepanjang waktu selama tiga belas tahun.

Banyak julukan untuk kota ini. Al-Qur’an menyebutnya dengan Ummul Quro, ibunya kota dari seluruh kota di muka bumi. Kota tersuci yang menjadi persinggahan dan tempat berjuangnya para nabi. Jika dilihat dari angkasa, kota ini paling bercahaya di banding tempat lainnya di muka bumi.

Sebelum Muhammad Sang Nabi terakhir, Ibrahim ‘Alaihis Salam yang merupakan bapaknya para Nabi dan berjuluk Khalilullah telah menapakkan jejaknya di sini. Maka, di kota ini ada tempat yang berjuluk Maqam Ibrahim. Di sanalah terletak kiblat kaum muslimin. Di kota ini, kaum muslimin bisa beribadah sepanjang waktu, tanpa mengenal jeda. Inilah kota suci yang disucikan. Allah Ta’ala mengabulkan pinta hamba-Nya yang dipanjatkan di sekitaran tempat-tempat suci di Kota ini.

Di kota ini, jutaan manusia berkumpul saban tahun. Bahkan di bulan-bulan tertentu, saat musim ibadah umrah tiba, kota ini sesak dengan jama’ah dari berbagai penjuru dunia. Ketika memasuki Ramadhan dan sepuluh hari terakhirnya, jumlah kaum muslimin yang mendatangi kota ini untuk i’tikaf di salah satu masjidnya bertambah, semakin tak terhitung.

Inilah kota suci, yang di dalamnya ada Masjidil Haram. Masjid termulia yang jika shalat di dalamnya akan diganjari pahala setara dengan seratus ribu kali jika dibandingkan dengan shalat di masjid lain, selain Masjid Nabawi di Kota Madinah dan Masjid al-Aqsha di Kota al-Quds.

Inilah kota yang paling dicintai Rasulullah yang mulia. Kota yang disampaikan dalam salah satu sabdanya,
وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَي وَلَوْلَا أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ

“Demi Allah,” kalam Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, “sesungguhnya engkau adalah bumi Allah yang terbaik,” lanjutnya, “dan paling aku cintai,” demikian sabdanya sebagaimana diriwayatkan pula oleh Imam Ibnu Majah.

Sayangnya, di kota kelahiran nan paling dicintainya itu, Rasulullah Saw justru diusir karena mendakwahkan tauhid. Lanjut Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad, “Seandainya aku tidak diusir darimu,” pungkas beliau dalam sabdanya yang shahih ini, “niscaya aku tidak akan keluar.”

Itulah Makkah al-Mukarramah, Kota Makkah yang mulia dan disucikan, kota terbaik yang dicintai oleh Rasulullah Saw

Dajjal adalah fitnah yang besar bagi manusia di akhir zaman, tidak terkecuali bagi umat Islam. Dengan kemampuan dan kekuatannya yang aneh, banyak manusia akan menjadi pengikutnya.

Dari hadits-hadits shahih yang menerangkan tentang Dajjal, disebutkan bahwa Dajjal bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara cepat. Dajjal bisa memanggil syetan agar menyerupai orang yang telah meninggal untuk bertemu dengan anaknya agar mengakui Dajjal sebagai Tuhan. Dajjal juga bisa ‘mendatangkan’ hujan dan memerintahkan benda mati menuruti keinginannya. Banyak orang yang tertipu dengan kehebatan Dajjal. Karenanya, Rasulullah mengkhawatirkan umatnya atas fitnah Dajjal ini.

Namun, ada hal yang lebih dikhawatirkan Rasulullah atas umatnya daripada fitnah Dajjal. Apa itu? Abu Sa’id Al Khudri meriwayatkan:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِى مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ. قَالَ قُلْنَا بَلَى. فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِىُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّى فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami sedangkan kami masih membicarakan al Masih ad Dajjal. Maka beliau bersabda, ‘Maukah kalian aku beritahu sesuatu yang lebih aku khawatirkan atas kalian daripada al Masih ad Dajjal?’ Kami menjawab, ‘Mau, ya Rasulallah.’ Beliau bersabda, ‘Syirik khafi. Yakni seseorang mendirikan shalat, lalu dia memperindah shalatnya karena merasa ada orang yang melihat shalatnya.’” (HR. Ibnu Majah; shahih)

Inilah hal yang lebih dikhawatirkan Rasulullah menimpa umatnya daripada datangnya Dajjal. Sririk khafi. Syirik yang samar. Begitu samar bisa jadi orang tidak menyadari bahwa dirinya telah berbuat demikian. Salah satu contohnya adalah memperindah shalat karena merasa dilihat orang.

Pada surat Al Ma’un disebutkan bahwa ada orang yang menunaikan shalat tapi celaka. Yakni orang yang lalai dalam shalatnya. Diantara bentuk kelalaian itu adalah ia melalaikan Allah, tetapi justru memikirkan orang yang melihat shalatnya. Ia tidak ingat Allah, tetapi ingat betul terhadap manusia yang melihat dirinya.

Seberapapun bahaya Dajjal, ia kelihatan dan dapat diketahui tanda-tandanya secara fisik. Namun soal syirik khafi ini, ia begitu halus sehingga orang yang tengah shalat pun bisa terkena.

Seberapapun bahaya Dajjal, ia tidak bisa memasuki Makkah dan Madinah. Namun soal syirik khafi ini, ia bisa menimpa muslim mana pun termasuk yang tinggal di Makkah dan Madinah.

Mari kita berdoa semoga dilindungi Allah dari seluruh syirik, baik syirik yang terang-terangan (syirik jali) maupun syirik yang samar-samar (syirik khafi):
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun kepada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

Wallahu a’lam bish shawab

Kisah Su’ul Khatimah Saat Mengambil Cap Jempol Jenazah Ayah

Laki-laki kaya itu telah dimakamkan. Hartanya yang melimpah sangat cukup untuk seluruh anak dan cucunya. Karenanya sebelum meninggal, ia mengumpulkan anak-anaknya agar hidup rukun, penuh kasih sayang. Ia tak ingin anaknya berebut harta. “Laksanakanlah surat wasiat yang aku tinggalkan nanti,” pesannya kali itu.

Semua orang telah pulang dari pemakaman, termasuk anak-anak lelaki kaya itu. Tak lama setelah tiba di rumah, salah seorang dari mereka minta ijin kepada saudara-saudaranya. “Aku akan ke makam ayah,” tentu saja tidak ada alasan bagi saudara-saudaranya menolak keinginannya. Sangat wajar jika seorang anak pergi ke makam ayahnya. Mungkin ia perlu berziarah mendoakannya, atau ia belum bisa melupakan ayahnya.

Sudah sekian jam berlalu, tapi pria itu belum juga kembali dari makam. Saudara-saudaranya mulai cemas. “Ada apa dengan saudara kita? Jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya…” Akhirnya mereka bersepakat menyusulnya ke makam.

Betapa terkejutnya mereka, makam ayah terlihat terbuka. Mereka lebih terkejut lagi ketika menyaksikan di dalam makam itu tergeletak saudara mereka di samping jenazah ayah. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un… apa yang terjadi?”

Seketika, kesedihan yang bertumpuk menyergap jiwa mereka. Belum lama ayah meninggal, kini mereka kehilangan salah seorang saudaranya.

Tetapi ada yang aneh. Ada yang aneh dengan kematian saudara mereka. Ia tampak memegang sebuah surat wasiat yang baru dicap jempol. Sedangkan kain kafan ayah tampak terbuka, tangannya kelihatan. Dan jempolnya menyisakan tinta.

Rupanya saudara mereka berlaku curang. Ia datang ke makam ayahnya untuk memalsukan surat wasiat. Ia membongkar makam itu, membuka kain kafan jenazah ayahnya dan mengeluarkan tangannya untuk membubuhkan cap jempol pada surat wasiat palsu yang disiapkannya. Hanya saja, ia tak pernah tahu bahwa pada saat itu Malaikat Maut telah mengintainya. Ia pun menghembuskan nafas terakhir tepat setelah mendapatkan cap jempol itu.

Kisah yang pernah diceritakan Syaikh Mahmud Al Mishri ini menggambarkan dahsyatnya fitnah harta. Harta dunia menjadi godaan yang sangat besar bagi mayoritas orang, hingga mereka menempuh cara-cara yang tidak dibenarkan untuk memperolehnya. Rasulullah memperingatkan umatnya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan At Tirmidzi,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتنَةُ أُمَّتِي المَالُ

“Sesungguhnya setiap umat itu ada fitnahnya dan fitnah umatku adalah harta” (HR. Tirmidzi, menurut beliau hasan shahih)

Harta, ketika seseorang sudah cinta dunia, maka ia seperti air laut. Semakin diminum semakin haus. Semakin banyak harta semakin ia ingin harta lebih banyak lagi. Sudah mendapatkan warisan yang jumlahnya sangat banyak, masih saja merasa kurang dan iri dengan warisan saudaranya.

Maka benarlah doa orang-orang shalih: “Ya Allah… jadikanlah dunia hanya di tanganku, hanya dalam genggamanku, tidak berdiam di hatiku.”

Friday, 12 December 2014

Dunia televisi tanah air mengalami titik nadir dalam kualitas dan konten dari siarannya. Karena jika kita tela'ah bahwa sebagian besar isi acara televisi hanyalah didominasi oleh 3 hal yakni: Sinetron yang endless story atau FTV dengan tema yang itu-itu melulu (kisah cinta beda kasta atau rumah tangga yg hancur), Acara Musik yang lebih banyak menampilkan hal lain daripada musik itu sendiri, dan Acara Lawak dan Hiburan tanpa batasan norma.

Jujur saja, saya hanya menonton tiga jenis tayangan di televisi, yang pertama adalah pertandingan bulutangkis, program keagamaan yang Islami dan Acara motivasi serta pengetahuan semacam Kick Andy dan Mario Teguh Golden Ways. Selebihnya saya nyaris banyak menghabiskan waktu dengan browsing Internet untuk menambah ilmu dan wawasan.

Jika saya memutar memori ke zaman keemasan tayangan televisi di awal tahun 90an, maka tayangan pada masa itu jauh amat sangat lebih berkualitas dibandingkan tayangan saat ini, dengan tayangan-tayangan yang mampu membuat kita betah berjam-jam di depan televisi, bahkan rangkaian film kartun di hari Minggu sampai membuat saya lupa untuk mandi.

Karena di era itu saya masih anak-anak, maka begitu segar dalam ingatan saya sejumlah acara anak-anak yang benar-benar menghibur, setidaknya itu yang kini sudah punah di dunia pertelevisian kita. Zaman itu, anak-anak di era 90an pastinya akrab dengan tayangan kartun macam Popeye, Casper, Looney dan Tiny Toon, Sailor Moon, Darkwing Duck, X-Men, BT-X dll. Atau tayangan favorit lainnya seperti Power Rangers dan Kamen Rider Black (Ksatria Baja Hitam) yang membuat kita rindu kembali kepada era dimana anak-anak sangat dimanjakan dengan tayangan-tayangan bermutu.

Selain acara anak-anak tadi, rasanya kita juga ingat banyak sekali tayangan yg menambah wawasan berupa kuis-kuis macam Tak-Tik Boom, Piramida, Kata Berkait, Indosat Galileo, Famili 100, bahkan yg terakhir saya ingat adalah Kuis Siapa Berani dan Who Wants To Be A Millionaire. Namun kini nampaknya mengasah otak bukan lagi menjadi favorit masyarakat Indonesia sehingga acara-acara kuis atau tayangan yang menambah wawasan mempunyai rating sangat rendah di saat ini.

Memang tayangan berkualitas yg menambah pengetahuan dan wawasan tidak benar-benar lenyap dari dunia pertelevisian kita. Setidaknya masih ada acara-acara macam On The Spot, Spotlite, Laptop Si Unyil, Jelajah Nusantara, dan semacamnya yg mampu menjadi Oase di tengah gempuran tayangan tak bermutu yang menguasai hampir 80% jam tayang di televisi kita.

Jika membahas mengenai tayangan sinetron atau FTV, di era 90an memang sudah beredar banyak sekali sinetron, namun sinetron yg ada di zaman tsb adalah sinetron yang bermutu, mendidik, dan penuh dengan pesan moral. Mari bandingkan sinetron zaman dulu macam Si Doel Anak Sekolahan atau Keluarga Cemara dengan era “alay” masa kini seperti ABG Jadi Manten atau Ganteng-Ganteng Serigala? Tentunya bagi yg mempunyai akal sehat dan pernah menonton sinetron di era 90an setuju bahwa sinetron di zaman itu jauh lebih bermutu. Lagipula pernahkah kalian sadar bahwa sinetron zaman sekarang isinya cuma “kepala” pemainnya doank? Nggak percaya? Perhatikan saja!

Selain itu, Sinetron saat ini tergantung dari rate share sehingga tayangannya bisa terus diperpanjang hingga beberapa season sampai kadang-kadang si penonton ngedumel sendirian karena konfliknya nggak pernah selesai tapi tetap saja ditonton karena penasaran.

Jika dulu kita masih mempunyai stasiun televisi yg bekerjasama dengan MTV (ANTV dan Global TV), kita selalu menunggu album/video terbaru dari band/penyanyi favorit kita. Saat itu juga acara musik dipandu oleh VJ ternama yg mempunyai wawasan luas tentang musik dan pastinya sudah melalui audisi ketat. Dulu tidak sembarangan orang dinobatkan sebagai “VJ”, gelar itu akan disematkan hanya kepada para pembawa acara musik yang benar-benar mempunyai skill, sebut saja Sarah Sechan dan Daniel Mananta yang hingga saat ini masih dianggap sebagai “The Best VJ” oleh penggila musik mancanegara maupun domestik. Bandingkan dengan pembawa acara musik saat ini yang lebih banyak cuap-cuap tak bermakna ketimbang menggali lebih dalam info terbaru dari perjalanan musik itu sendiri.

Dan terakhir tentunya yang membuat saya semakin miris dan heran. Mengapa acara lawak hiburan yang mengedepankan kelakuan tanpa norma dengan mencela, mengejek, dan menyakiti lawan bicara menjadi tayangan paling laris manis di jagad hiburan Indonesia? Apakah bangsa yang sempat dikenal sebagai bangsa yg berbudi luhur, ramah tamah, serta sopan santun ini berevolusi menjadi masyarakat dengan degradasi moral dan akhlak sudah sedemikian akut?

Tentunya kita semua mengenal ada sekelompok mahasiswa yg dengan cerdas memodifikasi kritik sosial terhadap pemerintah menjadi sebuah humor bermutu. Mereka benar-benar mampu mengubah pakem lawakan saat itu yg identik dengan tampang culun, bergaya kemayu, atau komedi sarkas lainnya menjadi sebuah smart jokes yg lugas namun mampu mencair di lapisan masyarakat bawah. Siapa mereka? Tidak lain dan tidak bukan adalah legenda komedi Indonesia yg dinamakan “Warkop DKI”.

Lawakan berbau kritik sosial dan sedikit vulgar yg dikemas secara apik oleh trio Warkop membuat mereka jadi trendsetter dunia hiburan saat itu. Bahkan genre lawakan mereka diteruskan oleh “junior”-nya yang digawangi oleh Dedi Gumelar, Didin Pinasti, dan Hadi Prabowo bernama Bagito. Namun saat ini rasanya sulit menemukan pelawak yg mampu membuat orang tertawa tanpa harus mengejek, mengumpat, dan menyakiti lawan bicaranya.

Entah apa yang akan kita jelaskan kepada anak-anak kita nantinya jika kita melarang mereka untuk menonton televisi karena tidak adanya tayangan bermutu untuk mereka. Jika dulu kita sangat terhibur dengan kehadiran Susan-nya Kak Ria Enes atau Si Komo-nya Kak Seto Mulyadi, maka kita berharap akan lahir generasi emas yg menghadirkan kembali “Susan-Susan” dan “Komo-Komo” baru menjadi tayangan bermutu bagi barisan generasi selanjutnya membangun bangsa ini menjadi bangsa yang dikenal dengan budi pekerti luhur, menjunjung tinggi etika dan moral, serta berakhlak mulia